Aku dan kamu, bagai
karang pantai mencintai laut lepas. Dari jauh, aku mencintaimu dengan seluruh
kekuranganku: Menatap gelombang ombak-rambutmu atau menikmati kilau
cahaya-dirimu-pada senja yang menenggelamkan matahari di matamu.
Aku dan kamu, bagai
karang pantai mencintai laut lepas. Ribuan mil dari hatimu, setiap detik aku
berusaha melacak cintamu pada setiap buih ombak yang menghantam diriku. Bila
kukatkan padamu telah kutitipkan semua salamku pada nadi-nadi sungai yang
merambat-bermuara menuju kedalaman hatimu, pernahkah ia benar-benar sampai
padamu?
Ketika pertama kali
bertemu denganmu, aku tak merasakan ada hal yang berbeda dalam diriku, semua
tampak biasa saja dan semua tampak berjalan dengan normal. Namun, seiring
berjalannya waktu yang ku lalui mulai ada rasa yang berbeda tiap kali kita
bertemu. Aku yang terlalu menutup diri dengan perasaan ini atau memang aku tak
mengerti perasaan apa yang tumbuh dalam diriku ini, entahlah semua terkesan
kabur dan amat sangat tak jelas dalam diriku, seakan-akan semua perasaan
bercampur menjadi satu di dalam diriku. Lama-kelamaan aku mulai memberanikan
diri untuk menerima rasa itu, rasa yang selalu datang tiap kali kita bertemu
dan menghabiskan waktu bersama. Perasaan itu adalah rasa suka atau lebih bisa
kujabarkan sebagai rasa kagumku pada kepribadianmu yang menurutku sangat luar
biasa.
Setelah aku mulai
memahami rasa apa yang selalu muncul dalam diriku ketika kita bertemu, aku
selalu bersikap normal dan berusaha menutupi rasa itu dari yang lain terutama
darimu. Namun, apa dayaku yang hanya manusia biasa ini yang akhirnya takluk
juga dengan rasa itu. Lalu, aku mulai mengumpulkan keberanian dan membulatkan tekadku untuk
mengatakan bahwa 'aku suka kamu' walaupun ketika itu aku tahu bahwa waktunya sangat
tidak tepat. Ah, andaikan aku memiliki suara emas
akan kunyanyikan sebuah lagu untukmu untuk mengambarkan suasana hatiku kepadamu
saat ini...
Dari hati yang paling
dalam,terucap kata cinta untukmu.
Yang t’lah lama ingin
kukatakan, sungguh tak’kan ku ingkari.
Hari demi hari t’lah
terlewati, tapi dirimu s’lalu di hatiku.
Kau pujaanku, kau
bidadariku, jangan tutup dirimu sebelum aku datang......
Biarkan ku mencoba
menjadi milikmu, jangan tutp dirimu.
Salahkah diri ini yang
mencintaimu, jangan tutup dirimu......
Tak banyak yang dapat
kulakukan untuk membuktikan cintaku.
Tapi kata hati, yang
tulus dan suci.
Sungguh aku cinta
kamu......
Sekarang, akhirnya aku
harus mengambil sebuah tindakan. Ya, aku mencoba untuk membunuh rasa ini,
perasaan indah yang lambat laun menjadi perasaan yang menyiksa diriku. Sebuah
tindakan yang menurutku tidak layak untuk dilakukan namun, terpaksa harus aku
lakukan karena aku tahu kamu tak mungkin menjadi milikku atau mungkin aku yang
terlalu bodoh dengan terlalu cepat mengambil kesimpulan tanpa mencoba lebih
jauh? Ahhh, siapa yang tahu tentang masa depan? Hanya Tuhan seorang.....dan sampai saat ini aku berharap aku berhasil
membunuh rasa ini sebelum dia tumbuh menjadi sesuatu yang lebih berbahaya....Akhirnya, muncul lagu lain dikepalaku yang seperti ini
liriknya..
Aku, kadang bertanya
tak berhenti.
Kenapa aku alami ini,
yang tidak menyenangkan hati.
Aku berdoa biar aku
bisa lupa ingatan.
Lupa kalau mengenal
kamu,
Lupa pernah cintai
kamu.
Aku berharap biar aku
tak melihat kamu sekarang.
Biar lupa mengenal
kamu, biar lupa cintai kamu...
Aku akan pergi,
akhirnya aku memutuskan; lalu bersalin rupa menjadi manusia biasa, mengemasi
barang-barang dalam koper, mengenakan kaus kaki dan sepatu. Di setiap langkah
yang kutempuh, kulepaskan satu-persatu perasaan terhadap dirimu-meski tak
semuanya.
Ombakmu
melambai-lambai, seolah memanggilku untuk kembali. “Tetaplah menjadi karang
pantai,” lamat-lamat aku mendengar suara itu. Kupikir itu hanya perasaanku
saja. Tidak, kataku dalam hati. Aku telah memutuskan. Aku akan menjadi yang
lain: bayang-bayang, angin, pohon, gunung atau langit.
Barangkali aku gagal
menjadi kekasihmu, tetapi cinta tetap ada: untuk apa dan untuk siapa, biarlah
ia menentukan nasibnya sendiri, karena setidaknya aku pun masih bisa
mencintaimu dengan cara yang berbeda....
:)
Aku dan kamu, bagai
karang pantai mencintai laut lepas?
Rupanya tidak
lagi..... :)
Daun yang jatuh dari
dahan pohon tak pernah membenci angin yang menjuatuhkannya...begitu pula
denganku yang tak akan membencimu karena telah membuatku jatuh hati padamu ;)
Dart_leonhart
NB:
(tulisan
ini bisa dikatakan fiksi atau non fiksi tergantung dari sudut pandang orang
yang membaca :), dan tulisan ini lahir karena terisnpirasi dari buku karangan
Fahd Djibran “Yang Galau Yang Meracau!”,
dan beberapa kalimat dikutip dari bukunya..)
No comments:
Post a Comment