Tuesday, August 13, 2013

Kesatuan Dalam Ke"satu"an



Sebuah negara telah lahir pada tanggal 17 Agustus 1945, sebuah negara yang bukan lahir dari tangis kebahagiaan namun perjuangan dan tumpahan darah serta air mata dan negara itu diberi nama Indonesia, sebuah negara yang lahir karena semangat yang begitu luar biasa dalam diri tiap orang, baik itu pria ataupun wanita, anak-anak ataupun orang dewasa dan orang tua. Semua memberikan segenap jiwa raga mereka untuk menunjukkan kecintaan dan keinginannya untuk menjadi negara yang merdeka dan terlepas dari segala jenis bentuk penjajahan. Waktu begitu cepat berlalu dan tidak terasa akhirnya kita telah memasuki tahun 2013 dan sebentar lagi kita akan merayakan ulang tahun Negara kita tercinta Indonesia. Ya, pada tanggal 17 bulan Agustus nanti Indonesia akan memasuki usianya yang ke-68 tahun. Selebrasi besar-besaran akan dilakukan serentak di seluruh Indonesia pada tanggal 17 Agustus nanti untuk menandakan bahwa kita telah merdeka dari penjajahan dan telah menjadi Bangsa yang merdeka. Sebuah negara yang besar dengan beribu-ribu pulau yang menghiasi dan keberagaman suku yang hidup didalamnya membuat Indonesia menjadi salah satu negara yang dipandang di mata dunia.

Akan tetapi sebelum memasuki tanggal yang begitu bersejarah ini mari kita berefleksi sebentar dan mari kita melihat lebih dalam lagi, apakah kita benar-benar telah bebas dari penjajahan? Apakah kita telah benar-benar menjadi Bangsa yang merdeka? Kalau saya sendiri yang merefleksikan, maka saya akan mengatakan dengan lantang bahwa kita, Bangsa Indonesia ini belum lepas dari yang namanya penjajahan. Lalu, negara mana yang menjajah kita? Negara yang menjajah kita adalah negara Indonesia sendiri. Yang ingin saya tekankan disini adalah Bangsa kita saling menjajah satu sama lain hanya untuk menunjukkan superioritas dari suku ataupun agama tertentu, hal ini sudah tampak jelas terlihat sejak memasuki era Soeharto dimana banyak orang menyebutkan istilah "jawanisasi" dimana semua pembangunan dan pemberdayaan terpusat hanya di pulau Jawa, dan etnis keturunan seperti Tionghua dilarang memakai nama "asli" mereka dan harus diganti menjadi nama Indonesia dan semua orang yang tinggal di pulau Jawa tanpa terkecuali harus bisa berbicara dengan bahasa Jawa. Apakah hal ini telah usai setelah era Soeharto berakhir? Tidak justru semakin parah menurut saya, lepasnya Timor Timur, munculnya GAM di Aceh, OPM di Papua, RMS di Maluku, dan yang terbaru Yogyakarta. Semua ingin memisahkan diri dari Indonesia yang "katanya" telah merdeka ini. Apabila Indonesia telah merdeka kenapa masih banyak daerah-daerah di Indonesia yang ingin memisahkan diri mereka? Apakah mereka masih merasa bahwa mereka belum merdeka dan masih terjajah? Atau ada hal-hal lainnya yang mendorong mereka untuk berbuat demikian? Saya tidak begitu peduli dengan alasan-alasan mereka, namun yang saya sorot disini adalah saya masih merasa bahwa Indonesia belum benar-benar merdeka. Apabila kita telah benar-benar merdeka, kenapa masih begitu banyak daerah yang ingin melepas diri dari Indonesia? Ya, hal itu hanya dapat kita refleksikan sendiri dalam diri kita masing-masing, apakah ini kesalahan dari pemimpin kita, ataukah ini kesalahan kita yang merasa daerahnya lebih superior dan dapat berbuat lebih banyak apabila telah lepas dari negara Indonesia.


Indonesia yang merdeka memiliki semboyan yang "dicengkram" begitu kuatnya di bawah dasar Negara kita ini yang berbunyi "Bhinneka Tunggal Ika" yang artinya "walaupun berbeda tetapi tetap satu jua". Akan tetapi pada realitanya semboyan ini tidak benar-benar berjalan dengan baik. Kita masih bisa melihat di televisi atau membaca di surat kabar bahwa terjadi perperangan antar suku di daerah-daerah tertentu hanya karena masalah yang sebenarnya dapat terselesaikan apabila mau diadakan pembicaraan bersama, sayangnya kita lebih senang memilih dengan jalan berperang seolah-olah kita kembali ke zaman penjajahan dulu. Apakah kita merasa terjajah oleh suku-suku lain yang ada di Indonesia? Untuk apa sebenarnya kita menempuh jalan peperangan apabila sebenarnya bisa diadakan negosiasi dan diskusi? Kasus yang terbaru, terjadi di Yogyakarta yang menurut saya dampaknya begitu luar biasa dan akhirnya mendiskriminasikan salah satu suku yang ada di Indonesia. Apakah ini yang kita sebut kemerdekaan sejati? Untuk apa kita memiliki semboyan "bhinneka Tunggal Ika" yang selama ini selalu dipelajari di bangku sekolah apabila pada kenyataannya semua itu tidak digunakan? Jangan lupa, salah satu hal yang membuat Indonesia diakui dimata dunia adalah keberagaman suku dan kearifan lokal dari tiap-tiap daerah yang menjadikan Indonesia begitu bewarna. Namun, keberagaman ini justru tidak dijaga oleh orang Indonesia sendiri.

Selain memiliki suku yang berbeda-beda Indonesia juga memiliki banyak agama dan kepercayaan mulai dari Islam, Katolik, Kristen, Budha, Hindu, Kong Hu Chu dan masih banyak lagi aliran-aliran kepercayaan yang lain dan didalam dasar Negara kita telah jelas-jelas tercantum bahwa setiap orang berhak untuk memeluk dan menyakini satu dari sekian banyak agama yang ada. Namun, pada kehidupan nyata kita masih dapat melihat begitu banyak diskriminasi antar agama yang terjadi, mulai dari penyegelan tempat ibadah, perusakan dan pengeboman tempat ibadah sampai tindakan kekerasan terhadap pemeluk agama tertentu. Lalu, dari sini mana unsur kemerdekaan yang terlihat? Apabila semua orang hanya membanggakan agama dan keyakinannya sendiri-sendiri apa artinya kita hidup di negara yang begitu beragam ini? Apakah tiap agama yang ada di Indonesia mengajarkan kita untuk saling membenci? Saya yakin semua agama dan kepercayaan di Indonesia mengajarkan kita untuk saling menghormati satu dan yang lainnya bukan malah saling membenci dan merasa bahwa agama atau kepercayaan kita yang paling benar. Dimana kata merdeka yang sering kita eluh-eluhkan apabila kita sendiri saling membenci satu dan yang lainnya hanya karena agama dan kepercayaan yang berbeda?

Ya, Negara Kesatuan Republik Indonesia ini belum benar-benar bersatu sampai saat ini. Kita yang hidup di satu negara yang sama, menghirup udara yang sama, minum dari air yang sama dan berdiri di tanah yang sama namun tidak merasakan kebersamaan itu sendiri. Ironis? Mungkin, bahkan bisa dikatakan menyedihkan. Menyedihkan karena selama kita masih bersekolah kita selalu diajarkan untuk menghormati sesama, namun pada kenyataannya ketika kita tumbuh dewasa kita melihat kenyataan pahit bahwa Indonesia yang katanya telah merdeka ini ternyata belum merdeka sepenuhnya, dan negara yang katanya satu nusa dan bangsa ini belum benar-benar menjadi satu. Berhentilah mewariskan konflik marilah berbuat kebaikan demi masa depan yang lebih baik lagi.


Dart_leonhart

Kamu Tak Sendirian



namanya adalah Nicko,seorang lelaki yang tidak peduli dengan apapun disekitarnya, dia adalah seorang yang cuek dan acuh tak acuh terhadap sesama. Namun, banyak teman-temannya di kampus yang mencari dia, ya walaupun dia cuek dan acuh tak acuh, Nicko adalah laki-laki yang pintar dan jago dalam olahraga basket dan sepakbola, sehingga tidak jarang dia dipanggil untuk mewakili kampusnya dalam berbagai jenis kegiatan mulai dari yang menggunakan akal hingga yang memacu stamina. Walaupun teman-temannya tidak suka dengan sikap Nicko, mau tidak mau mereka tetap membutuhkan kemampuan dan kepandaian yang dimilikinya. Banyak laki-laki yang ingin menjadi seperti dia, akan tetapi dibalik itu semua tidak ada yang tahu bahwa Nicko sebenarnya memiliki masa lalu yang begitu kelam yang akhirnya membentuk dia untuk menjadi seseorang yang cuek dan acuh tak acuh, bahkan di satu titik tertentu Nicko merasa bahwa dia hanya hidup sendirian dalam dunia ini, maka dari itu semua yang dia perbuat adalah murni untuk dirinya sendiri tanpa memperdulikan teman-temannya.

Nicko, adalah anak pertama dari keluarga kaya raya semua yang ia butuhkan pasti akan segera didapat walaupun pada waktu itu dia belum mengerti apapun. Pada usia 3th dia mendapatkan seorang adik perempuan yang akhirnya diberi nama Niki. Sejak kelahiran adiknya hidup Nicko perlahan-lahan berubah, bukan karena orang tuanya lebih menyanyangi sang adik. Akan tetapi, tepat ketika Nicko menginjak usia 8th, ia menyaksikan sebuah kejadian yang seharusnya tidak boleh disaksikan oleh anak seumurannya karena belum saatnya dan dia tidak akan mengerti masalah apa itu. Nicko kecil yang kebingungan hanya terdiam dalam ketakutan ketika melihat ibunya berteriak sambil membentak ayahnya melalui telepon yang ada di lantai 1 rumahnya. Itulah awal masalah yang akhirnya membentuk Nicko menjadi seorang anak yang cuek dan acuh tak acuh pada lingkungan sekitar.

"Nicko tunggu sebentar....!" salah seorang teman kampusnya berlari mendekati ketika Nicko hendak pulang dari kampus dengan mengendarai motor sportnya. Teman Nicko yang bernama Andi berusaha untuk mengumpulkan nafasnya kembali setelah akhirnya berhasil menahan Nicko untuk tidak pergi dulu dari kampus. Andi telah mengejar Nicko ketika ia melihat Nicko keluar dari ruang kelasnya yang berada di lantai 1 dan langsung berlari dari ruang kelasanya yang terletak di lantai 2. Hal itu ia lakukan karena kesempatan untuk bertemu Nicko hanyalah dikampus, ia tidak akan pernah memberikan nomor telepon genggam atau alamat rumahnya pada siapapun. "Ada perlu apa?" tanya Nicko dengan tatapan yang dingin, masih berusaha mengumpulkan nafasnya dan sambil ngos-ngosan Andi menjawab, "Minggu depan kampus kita akan bertanding sepakbola melawan kampus Kancil yang telah dari dulu menjadi rival abadi kita, dan rektor meminta kamu untuk bermain sebagai kapten tim". Mendengar jawaban demikian, Nicko hanya berdiri diam dan tersenyum sinis lalu beranjak pergi dengan sepeda motornya. Nicko tidak menjawab sama sekali pertanyaan dari Andi, namun senyum dari Nicko telah membuat Andi mengerti bahwa Nicko akan bermain dalam pertandingan minggu depan, hal ini terjadi karena ini bukan yang pertama kalinya Andi memanggil Nicko kedalam tim sepak bola dan Andi sama sekali tidak kesal dengan tingkah laku Nicko, karena Andi beranggapan bahwa setiap orang mempunyai sifat unik yang berbeda-beda.

Memasuki umur 11th, Nicko melihat lagi ibunya sambil menangis membentak-bentak ayahnya, bedanya kali ini tidak dilakukan melalui telepon akan tetapi kedua orang tua Nicko benar-benar saling membentak di depan matanya sendiri. Ia mendengarkan semua makian yang meluncur dari mulut ayah dan ibunya bahkan beberapa kali ia mendengar ayahnya memukul meja atau menghantam tembok rumah mereka. Nicko yang belum mengerti kenapa orang tuanya bisa bertengkar begitu hebat hanya bisa bersembunyi dikamarnya sambil menangis berharap semua itu akan berakhir.Yang tidak Nicko kecil pahami ialah itu baru permulaan dari keributan ayah dan ibunya.

Nicko terus tumbuh dalam lingkungan keluarga yang tidak sehat dan tidak ada kasih sayang sama sekali didalamnya, ayahnya menjadi semakin jarang pulang kerumah dan ibunya berubah menjadi seorang yang tempramental. Memasuki usianya yang ke 18th, Nicko mulai paham apa yang selama ini orang tuanya ributkan. Ayahnya ternyata berselingkuh yang akhirnya ayahnya memiliki anak lagi dari selingkuhannya itu, ibu Nicko semakin tidak terima dan akhirnya keributan yang dulu ingin dilupakan oleh Nicko terjadi lagi dengan lebih dahsyatnya, kali ini bukan hanya bunyi makian-makian kasar atau gebrakan meja serta hantaman dinding yang dia dengar, tetapi dia mendengar piring dan gelas yang hancur berkeping-keping dan beberapa pukulan sampai akhirnya dia keluar kamar dan melihat ayah dan ibunya telah saling pukul. Saat itulah hidup Nicko mulai benar-benar berubah, dia mulai berpikir bahwa tidak ada yang namanya keluarga di dunia ini, semua orang hanya sibuk dengan hidup mereka masing-masing, bahkan dua orang yang sangat ia kagumi sejak kecil berubah drastis menjadi sosok monster yang egois dan tidak pernah memikirkan dia sama sekali. Sejak saat itu Nicko berubah menjadi anak yang cuek, acuh tak acuh dan tidak mempercayai siapapun. Dia hanya hidup dalam dunianya sendiri yang baginya dunia itu adalah dunia yang damai dan jauh dari orang-orang egois yang hanya mementingkan diri mereka sendiri. Dia bahkan menciptakan slogan sendiri yang berbunyi "orang lain boleh bergantung pada saya, tetapi sya tidak boleh bergantung pada siapapun" dia bahkan menulis tulisan "aku benci semua orang" di dinding kamar tidurnya.

Satu minggu telah berlalu dan hari yang ditunggu pun tiba dimana kampus Nicko yang bernama kampus Ozora akan melawan kampus Kancil dalam pertandingan sepakbola. Pertandingan yang sangat ditunggu oleh semua mahasiswa di kota tersebut, karena semua mahasiswa yang belajar di kota tersebut pasti akan segera mendengar nama kampus Ozora dan kampus Kancil yang telah menjadi rival dalam hal olahraga sejak 5th yang lalu. Tepat pukul 15.00, para pemain mulai memasuki lapangan yang ada di tengah kota mereka, dari kampus Ozora nampak Nicko dengan angkuhnya muncul berjalan dibaris terdepan sebagai kapten dan diikuti oleh Andi dan rekan-rekannya yang lain. Setelah semua pemain bersalaman  dan mengambil posisinya masing-masing peluit pun dibunyikan. Pertandingan berjalan begitu sengit tim yang dipimpin Nicko langsung menyerang dan tentu Nicko ditempatkan sebagai penyerang tunggal karena semua telah tahu gaya bermain Nicko yang tidak akan pernah mau mengoper bola pada rekannya, pada menit ke-20 Nicko telah berhasil merobek gawang lawannya dengan tendangan yang sangat keras dari arah kanan, kiper dari kampus Kancil bahkan tidak sempat bergerak karena tendangan Nicko yang begitu cepat dan akurat. Peluit panjang tiba-tiba berbunyi memberi sinyal bahwa pertandingan babak pertama telah usai dengan keunggulan 1 untuk kampus Ozora dan 0 untuk kampus Kancil. Saat istirahat berlangsung pelatih dari tim Kancil yang telah mengetahui pola permainan tim ozora yang selalu memberikan bola kepada Nicko memberikan arahan kepada 2 anak asuhnya untuk terus mengikuti Nicko dan jangan sampai lolos bagaimanapun caranya.

Waktu istirahat akhirnya selesai dan peluit pertandingan babak kedua akhirnya berbunyi, dan seperti dugaan dari pelatih tim Kancil, bola selalu diberikan kepada Nicko, akan tetapi kali ini Nicko tidak dapat bergerak dengan bebas, dia selalu dijaga ketat oleh dua pemain belakang lawan. Akhirnya pada menit ke-80 Nicko memaksa untuk menerobos penjagaan lawannya yang akhirnya harus membuat pemain lawan terpaksa melakukan pelanggaran yang cukup keras untuk menghentikannya. Pergelangan kaki kiri Nicko terkilir dan mebuat dia tidak bisa lagi melanjutkan permainan. Nicko akhirnya ditandu keluar dari lapangan dan tim Ozora mendapatkan hadiah tendangan pinalti yang akhirnya dapat diselesaikan dengan baik oleh Andi yang menggantikan Nicko sebagai kapten tim. Pertandingan akhirnya selesai dengan kemengan atas kampus Ozora 2 dan kampus Kacil 0. Setelah pertandingan usai, Andi teringat dengan Nicko dan segera mencarinya akan tetapi dia tidak bisa menemukan Nicko sama sekali di bangku cadangan. Ia bergegas menuju ruang ganti dan mendapati Nicko sedang meringis kesakitan menahan sakit dari cidera yang dia alami, Andi terkejut melihat pergelangan kaki kiri Nicko yang bengkak dan membiru serta mengeluarkan sedikit darah yang berwarna merah gelap. Andi segera mendekati Nicko untuk memberikan pertolongan dan membawa ia ke dokter. Namun, Nicko menolak karena merasa dia tidak mebutuhkan bantuan Andi untuk pergi ke dokter sendiri, namun kali ini dia tidak bisa lagi melawan kehendak Tuhan. Nicko baru saja berdiri dan berjalan 5 langkah lalu tiba-tiba ia terjatuh kembali karena kakinya yang terlalu sakit dan mau tidak mau dia harus menerima tawaran Andi untuk mengantar dia ke dokter dengan mobilnya.

Selama perjalanan, terjadi pergolakan batin yang sagat luar biasa. Dia bingung, tidak mengerti, sedih serta semua perasaan lain bercampur aduk menjadi satu. Dia bingung dengan sikap Andi yang begitu baik padanya, padahal selama ini dalam pikirannya semua orang selalu mementingkan dirinya sendiri dan selalu egois, akan tetapi kenapa Andi yang baru sebentar dikenal olehnya mau menolognya? Bahkan orang tuanya sendiripun tidak peduli dengan apa yang terjadi pada hidupnya, lalu kenapa ada seorang Andi yang dirasa bukan siapa-siapa mau peduli kepadanya? Dia semakin bingung dan akhirnya meneteskan air matanya. Andi yang melihat Nicko menangis disebelahnya akhrinya bertanya kepada Nicko sambil terus menyetir. Setelah diam beberapa saat untuk mengatur emosinya Nicko akhirnya bertanya kepada Andi "kenapa kamu yang baru sebentar mengenalku mau mengantarku ke rumah skit?" Dengan tersenyum dan santai Andi menjawab "bukankah itu hal yang wajar ketika kita melihat salah seorang anggota keluarga kita yang sakit kita lalu menolongnya?" Mendengar jawaban Nicko yang sedemikian rupa Andi semakin bingung dan tidak mengerti, timbul pergolakan kembali dalam dirinya "kenapa Andi yang baru dikenalnya sebentar telah memanggilanya keluarga? Bahkan ayah dan ibunya yang telah bersama-sama berpuluh-puluh tahun tidak mau untuk saling menolong dan saling mengerti, lalu kenapa Andi yang baru dikenalnya mau menolong dia bahkan menyebut dirinya adalah anggota keluarganya?" akhirnya Nicko memberanikan diri dan bertanya "apa yang kamu maksud dengan menyebutku anggota keluargamu?" Andi kembali menoleh melihat Nicko sesaat dan tersenyum lalu melihat kedepan lagi untuk menyetir mobil dan menjawab "aku telah menganggap kamu bagian dari keluarga sepak bola kampus Ozora sejak kau pertama kali diperkenalkan oleh pelatih. Semua orang dalam tim sepakbola menganggap kamu adalah bagian dari keluarga ini, mulai dari pelatih, aku dan yang lain menganggap kamu adalah bagian dari keluarga sepakbola kampus Ozora sejak pertama kali kamu bermain sebagai pemain panggilan dari luar tim. Aku bahkan mendapat tugas khusus dari pelatih untuk memaksamu masuk menjadi pemain inti dari tim kami. Jadi menurutku hal yang aku lakukan ini adalah hal yang sangat biasa, hal yang wajar bukan untuk menolong sesama anggota keluarga ketika salah satu anggota keluarga tersebut ada yang terluka dan membutuhkan bantuan?" Jawab Andi dengan santai sambil menoleh dan tersenyum pada Nicko. Andi tidak tahu bahwa jawaban itu membuat Nicko sangat terharu dan mulai menangis lagi. Semua masa lalu Nicko yang kelam mulai hancur satu persatu, ia mulai melihat ada setitik cahaya dalam hatinya dan mulai memahami bahwa ia sebenarnya tidak sendirian dalam hidup ini dan keluarga tidak harus didapatkan dalam rumah mu sendiri, kamu dapat menemukan dan merasakan makna "keluarga"dimanapun kamu berada selama kamu mau membuka hatimu dan menerima uluran tangan orang lain yang benar-benar tulus menolongmu.


"kamu tidak sendirian di dunia ini, pasti akan ada orang yang selalu rela membantumu diamana pun dirimu berada, maka dari itu jangan selalu merasa bahwa engkau sendirian"


Dart_leonhart

Cerita Kehidupan



Mungkin banyak dari kita sering melontarkan pertanyaan ini. Siapa yang mengatur hidup kita? Apa pekerjaan kita nanti? Apakah kita akan kaya atau tetap miskin? Semua adalah pertanyaan mendasar yang sering muncul dalam diri kita, dan ketika pertanyaan-pertanyaan ini muncul kita dengan mudahnya akan menjawab biarkan takdir atau masa depan yang akan menjawabnya. Lalu, ketika kita mengalami masalah yang tidak kita temui jalan keluarnya, lagi-lagi dengan gampangnya meluncur dari mulut kita kenapa takdir begitu kejam. Inilah kita, manusia dengan sifat jelek kita yang selalu menyalahkan hal apapun ketika terjadi hal yang tidak menyenangkan dalam hidup kita, akan tetapi ketika kita sedang senang dan bahagia kita tidak akan berterima kasih pada siapapun bahkan dengan Tuhan sekalipun.

Pada dasarnya kita sebagai manusia harus dapat menentukan takdir dan masa depan kita sendiri. Tidak ada yang namanya keberuntungan di dunia ini, kita berhasil karena berkat kerja keras dan restu dari Tuhan. Tidak akan mungkin seorang yang telah diprediksikan akan kaya raya 10 tahun kemudian benar-benar akan kaya ketika ternyata selama 10 tahun terakhir dia hanya bermalas-malasan saja. Ya, tidak ada yang namanya kebetulan di dunia ini, semua harus dicapai dengan kerja keras dan cucuran keringat serta air mata dengan begitu banyak pengorbanan lainnya. Bagi saya sendiri secara pribadi tentu saya mempercayai takdir akan tetapi saya juga percaya bahwa saya sendirilah yang harus menentukan takdir tersebut. Manusia hidup dengan berbagai macam keputusan dan pilihan yang harus diambil sepanjang hidupnya, dan dari pilihan dan keputusan yang diambil itu lah takdir kita pada akhirnya akan terbentuk dengan sendirinya. Contohnya adalah seperti ini, pada awal kuliah kamu telah diprediksi akan mendapat nilai sempurna, oleh karena itu kamu menjadi malas dan jarang masuk kelas, saat ujian akhir kamu tidak bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan itu dan akhirnya kamu mendapat nilai yang jelek. Siapakah yang harus disalahkan? Kebanyakan orang pasti akan menyalahkan keadaannya mulai dari dosen yang tidak adil, sampai hal yang tidak masuk akan seperti menyalahkan takdir dan Tuhan. Tetapi, ceritanya akan berbeda ketika saat diprediksi dia akan mendapat nilai bagus di awal kuliah dan dia tetap tekun dan rajin belajar maka takdir itu akan menjadi kenyataan. Contoh lainnya adalah kasus sebaliknya dan ini adalah pengalaman pribadi saya, ketika awal kuliah saya bertemu dengan mata kuliah 'matematika bisnis' pelajaran yang paling saya benci sejak saya duduk di bangku Sekolah Dasar dan nilai saya tidak pernah lebih dari 60. Akan tetapi, saya tidak putus asa dan lari dari pelajaran itu, saya justru ingin membuktikan bahwa saya bisa dan akhirnya terus memaksa diri saya untuk belajar hingga pada akhirnya saya mendapatkan nilai B. Inilah salah satu bukti bahwa sebenarnya kita sendiri lah yang menciptakan takdir dan masa depan kita, bukan lingkungan, ataupun orang lain.

Maka dari itu dari refleksi yang singkat ini saya hanya ingin memberi tahu bahwa semua yang terjadi dalam hidup kita adalah konsekuensi atau hal lampau yang telah kita lakukan dan semua itu dapat diperbaiki asal kita memiliki niat dan tekad. Jangan menggantungkan takdir dan masa depan kita pada orang lain selain pada Tuhan. Masing-masing dari kita adalah tokoh utama dalam "buku kehidupan" kita yang rata-rata memiliki 70 edisi dengan 12 bab serta 364 halaman, dan dengan menjadi tokoh utama tentu itu bearti kita yang mengatur jalan hidup kita bukan orang lain. Orang lain dalam "buku kehidupan" kita hanyalah pelengkap baik itu menjadi teman akrab kita, menjadi figuran yang hanya muncul beberapa edisi, beberapa bab, atau mungkin hanya beberapa lembar dan mungkin akan muncul tokoh antagonis yang tidak suka dngan kita. Akan tetapi kita tetap tokoh kunci yang berperan dalam cerita tersebut, dan semua tindakan kita akan selalu menimbulkan banyak konsekuensi, namun itu tidak masalah karena cerita hidupmu harus terus berjalan. Jangan pernah sampai "halaman" atau bahkan sampai "edisi" bukumu menjadi terlambat untuk terbit hanya karena kamu menunggu keputusan yang mungkin hanya dari seorang "figuran" yang hanya muncul sebentar dalam "buku kehidupanmu". Ingat semua keputusan dan pilihan pasti mengandung konsekuensi pilihlah pilihan dengan konsekuensi yang dapat kamu hadapi dan tinggalkan konsekuensi yang terlalu berat untukmu. Jangan sampai cerita hidup mu berhenti di satu halaman dan terlambat "terbit" hanya karena kamu tidak berani membuat keputusan atau bahkan lebih parahnya menunggu orang lain yang hanya "figuran" atau "antagonis" yang akan membuat keputusan untukmu.



Dart_leonhart