Tuesday, August 13, 2013

Kesatuan Dalam Ke"satu"an



Sebuah negara telah lahir pada tanggal 17 Agustus 1945, sebuah negara yang bukan lahir dari tangis kebahagiaan namun perjuangan dan tumpahan darah serta air mata dan negara itu diberi nama Indonesia, sebuah negara yang lahir karena semangat yang begitu luar biasa dalam diri tiap orang, baik itu pria ataupun wanita, anak-anak ataupun orang dewasa dan orang tua. Semua memberikan segenap jiwa raga mereka untuk menunjukkan kecintaan dan keinginannya untuk menjadi negara yang merdeka dan terlepas dari segala jenis bentuk penjajahan. Waktu begitu cepat berlalu dan tidak terasa akhirnya kita telah memasuki tahun 2013 dan sebentar lagi kita akan merayakan ulang tahun Negara kita tercinta Indonesia. Ya, pada tanggal 17 bulan Agustus nanti Indonesia akan memasuki usianya yang ke-68 tahun. Selebrasi besar-besaran akan dilakukan serentak di seluruh Indonesia pada tanggal 17 Agustus nanti untuk menandakan bahwa kita telah merdeka dari penjajahan dan telah menjadi Bangsa yang merdeka. Sebuah negara yang besar dengan beribu-ribu pulau yang menghiasi dan keberagaman suku yang hidup didalamnya membuat Indonesia menjadi salah satu negara yang dipandang di mata dunia.

Akan tetapi sebelum memasuki tanggal yang begitu bersejarah ini mari kita berefleksi sebentar dan mari kita melihat lebih dalam lagi, apakah kita benar-benar telah bebas dari penjajahan? Apakah kita telah benar-benar menjadi Bangsa yang merdeka? Kalau saya sendiri yang merefleksikan, maka saya akan mengatakan dengan lantang bahwa kita, Bangsa Indonesia ini belum lepas dari yang namanya penjajahan. Lalu, negara mana yang menjajah kita? Negara yang menjajah kita adalah negara Indonesia sendiri. Yang ingin saya tekankan disini adalah Bangsa kita saling menjajah satu sama lain hanya untuk menunjukkan superioritas dari suku ataupun agama tertentu, hal ini sudah tampak jelas terlihat sejak memasuki era Soeharto dimana banyak orang menyebutkan istilah "jawanisasi" dimana semua pembangunan dan pemberdayaan terpusat hanya di pulau Jawa, dan etnis keturunan seperti Tionghua dilarang memakai nama "asli" mereka dan harus diganti menjadi nama Indonesia dan semua orang yang tinggal di pulau Jawa tanpa terkecuali harus bisa berbicara dengan bahasa Jawa. Apakah hal ini telah usai setelah era Soeharto berakhir? Tidak justru semakin parah menurut saya, lepasnya Timor Timur, munculnya GAM di Aceh, OPM di Papua, RMS di Maluku, dan yang terbaru Yogyakarta. Semua ingin memisahkan diri dari Indonesia yang "katanya" telah merdeka ini. Apabila Indonesia telah merdeka kenapa masih banyak daerah-daerah di Indonesia yang ingin memisahkan diri mereka? Apakah mereka masih merasa bahwa mereka belum merdeka dan masih terjajah? Atau ada hal-hal lainnya yang mendorong mereka untuk berbuat demikian? Saya tidak begitu peduli dengan alasan-alasan mereka, namun yang saya sorot disini adalah saya masih merasa bahwa Indonesia belum benar-benar merdeka. Apabila kita telah benar-benar merdeka, kenapa masih begitu banyak daerah yang ingin melepas diri dari Indonesia? Ya, hal itu hanya dapat kita refleksikan sendiri dalam diri kita masing-masing, apakah ini kesalahan dari pemimpin kita, ataukah ini kesalahan kita yang merasa daerahnya lebih superior dan dapat berbuat lebih banyak apabila telah lepas dari negara Indonesia.


Indonesia yang merdeka memiliki semboyan yang "dicengkram" begitu kuatnya di bawah dasar Negara kita ini yang berbunyi "Bhinneka Tunggal Ika" yang artinya "walaupun berbeda tetapi tetap satu jua". Akan tetapi pada realitanya semboyan ini tidak benar-benar berjalan dengan baik. Kita masih bisa melihat di televisi atau membaca di surat kabar bahwa terjadi perperangan antar suku di daerah-daerah tertentu hanya karena masalah yang sebenarnya dapat terselesaikan apabila mau diadakan pembicaraan bersama, sayangnya kita lebih senang memilih dengan jalan berperang seolah-olah kita kembali ke zaman penjajahan dulu. Apakah kita merasa terjajah oleh suku-suku lain yang ada di Indonesia? Untuk apa sebenarnya kita menempuh jalan peperangan apabila sebenarnya bisa diadakan negosiasi dan diskusi? Kasus yang terbaru, terjadi di Yogyakarta yang menurut saya dampaknya begitu luar biasa dan akhirnya mendiskriminasikan salah satu suku yang ada di Indonesia. Apakah ini yang kita sebut kemerdekaan sejati? Untuk apa kita memiliki semboyan "bhinneka Tunggal Ika" yang selama ini selalu dipelajari di bangku sekolah apabila pada kenyataannya semua itu tidak digunakan? Jangan lupa, salah satu hal yang membuat Indonesia diakui dimata dunia adalah keberagaman suku dan kearifan lokal dari tiap-tiap daerah yang menjadikan Indonesia begitu bewarna. Namun, keberagaman ini justru tidak dijaga oleh orang Indonesia sendiri.

Selain memiliki suku yang berbeda-beda Indonesia juga memiliki banyak agama dan kepercayaan mulai dari Islam, Katolik, Kristen, Budha, Hindu, Kong Hu Chu dan masih banyak lagi aliran-aliran kepercayaan yang lain dan didalam dasar Negara kita telah jelas-jelas tercantum bahwa setiap orang berhak untuk memeluk dan menyakini satu dari sekian banyak agama yang ada. Namun, pada kehidupan nyata kita masih dapat melihat begitu banyak diskriminasi antar agama yang terjadi, mulai dari penyegelan tempat ibadah, perusakan dan pengeboman tempat ibadah sampai tindakan kekerasan terhadap pemeluk agama tertentu. Lalu, dari sini mana unsur kemerdekaan yang terlihat? Apabila semua orang hanya membanggakan agama dan keyakinannya sendiri-sendiri apa artinya kita hidup di negara yang begitu beragam ini? Apakah tiap agama yang ada di Indonesia mengajarkan kita untuk saling membenci? Saya yakin semua agama dan kepercayaan di Indonesia mengajarkan kita untuk saling menghormati satu dan yang lainnya bukan malah saling membenci dan merasa bahwa agama atau kepercayaan kita yang paling benar. Dimana kata merdeka yang sering kita eluh-eluhkan apabila kita sendiri saling membenci satu dan yang lainnya hanya karena agama dan kepercayaan yang berbeda?

Ya, Negara Kesatuan Republik Indonesia ini belum benar-benar bersatu sampai saat ini. Kita yang hidup di satu negara yang sama, menghirup udara yang sama, minum dari air yang sama dan berdiri di tanah yang sama namun tidak merasakan kebersamaan itu sendiri. Ironis? Mungkin, bahkan bisa dikatakan menyedihkan. Menyedihkan karena selama kita masih bersekolah kita selalu diajarkan untuk menghormati sesama, namun pada kenyataannya ketika kita tumbuh dewasa kita melihat kenyataan pahit bahwa Indonesia yang katanya telah merdeka ini ternyata belum merdeka sepenuhnya, dan negara yang katanya satu nusa dan bangsa ini belum benar-benar menjadi satu. Berhentilah mewariskan konflik marilah berbuat kebaikan demi masa depan yang lebih baik lagi.


Dart_leonhart

No comments:

Post a Comment