Tuesday, August 13, 2013

Cerita Kehidupan



Mungkin banyak dari kita sering melontarkan pertanyaan ini. Siapa yang mengatur hidup kita? Apa pekerjaan kita nanti? Apakah kita akan kaya atau tetap miskin? Semua adalah pertanyaan mendasar yang sering muncul dalam diri kita, dan ketika pertanyaan-pertanyaan ini muncul kita dengan mudahnya akan menjawab biarkan takdir atau masa depan yang akan menjawabnya. Lalu, ketika kita mengalami masalah yang tidak kita temui jalan keluarnya, lagi-lagi dengan gampangnya meluncur dari mulut kita kenapa takdir begitu kejam. Inilah kita, manusia dengan sifat jelek kita yang selalu menyalahkan hal apapun ketika terjadi hal yang tidak menyenangkan dalam hidup kita, akan tetapi ketika kita sedang senang dan bahagia kita tidak akan berterima kasih pada siapapun bahkan dengan Tuhan sekalipun.

Pada dasarnya kita sebagai manusia harus dapat menentukan takdir dan masa depan kita sendiri. Tidak ada yang namanya keberuntungan di dunia ini, kita berhasil karena berkat kerja keras dan restu dari Tuhan. Tidak akan mungkin seorang yang telah diprediksikan akan kaya raya 10 tahun kemudian benar-benar akan kaya ketika ternyata selama 10 tahun terakhir dia hanya bermalas-malasan saja. Ya, tidak ada yang namanya kebetulan di dunia ini, semua harus dicapai dengan kerja keras dan cucuran keringat serta air mata dengan begitu banyak pengorbanan lainnya. Bagi saya sendiri secara pribadi tentu saya mempercayai takdir akan tetapi saya juga percaya bahwa saya sendirilah yang harus menentukan takdir tersebut. Manusia hidup dengan berbagai macam keputusan dan pilihan yang harus diambil sepanjang hidupnya, dan dari pilihan dan keputusan yang diambil itu lah takdir kita pada akhirnya akan terbentuk dengan sendirinya. Contohnya adalah seperti ini, pada awal kuliah kamu telah diprediksi akan mendapat nilai sempurna, oleh karena itu kamu menjadi malas dan jarang masuk kelas, saat ujian akhir kamu tidak bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan itu dan akhirnya kamu mendapat nilai yang jelek. Siapakah yang harus disalahkan? Kebanyakan orang pasti akan menyalahkan keadaannya mulai dari dosen yang tidak adil, sampai hal yang tidak masuk akan seperti menyalahkan takdir dan Tuhan. Tetapi, ceritanya akan berbeda ketika saat diprediksi dia akan mendapat nilai bagus di awal kuliah dan dia tetap tekun dan rajin belajar maka takdir itu akan menjadi kenyataan. Contoh lainnya adalah kasus sebaliknya dan ini adalah pengalaman pribadi saya, ketika awal kuliah saya bertemu dengan mata kuliah 'matematika bisnis' pelajaran yang paling saya benci sejak saya duduk di bangku Sekolah Dasar dan nilai saya tidak pernah lebih dari 60. Akan tetapi, saya tidak putus asa dan lari dari pelajaran itu, saya justru ingin membuktikan bahwa saya bisa dan akhirnya terus memaksa diri saya untuk belajar hingga pada akhirnya saya mendapatkan nilai B. Inilah salah satu bukti bahwa sebenarnya kita sendiri lah yang menciptakan takdir dan masa depan kita, bukan lingkungan, ataupun orang lain.

Maka dari itu dari refleksi yang singkat ini saya hanya ingin memberi tahu bahwa semua yang terjadi dalam hidup kita adalah konsekuensi atau hal lampau yang telah kita lakukan dan semua itu dapat diperbaiki asal kita memiliki niat dan tekad. Jangan menggantungkan takdir dan masa depan kita pada orang lain selain pada Tuhan. Masing-masing dari kita adalah tokoh utama dalam "buku kehidupan" kita yang rata-rata memiliki 70 edisi dengan 12 bab serta 364 halaman, dan dengan menjadi tokoh utama tentu itu bearti kita yang mengatur jalan hidup kita bukan orang lain. Orang lain dalam "buku kehidupan" kita hanyalah pelengkap baik itu menjadi teman akrab kita, menjadi figuran yang hanya muncul beberapa edisi, beberapa bab, atau mungkin hanya beberapa lembar dan mungkin akan muncul tokoh antagonis yang tidak suka dngan kita. Akan tetapi kita tetap tokoh kunci yang berperan dalam cerita tersebut, dan semua tindakan kita akan selalu menimbulkan banyak konsekuensi, namun itu tidak masalah karena cerita hidupmu harus terus berjalan. Jangan pernah sampai "halaman" atau bahkan sampai "edisi" bukumu menjadi terlambat untuk terbit hanya karena kamu menunggu keputusan yang mungkin hanya dari seorang "figuran" yang hanya muncul sebentar dalam "buku kehidupanmu". Ingat semua keputusan dan pilihan pasti mengandung konsekuensi pilihlah pilihan dengan konsekuensi yang dapat kamu hadapi dan tinggalkan konsekuensi yang terlalu berat untukmu. Jangan sampai cerita hidup mu berhenti di satu halaman dan terlambat "terbit" hanya karena kamu tidak berani membuat keputusan atau bahkan lebih parahnya menunggu orang lain yang hanya "figuran" atau "antagonis" yang akan membuat keputusan untukmu.



Dart_leonhart

No comments:

Post a Comment